Inspirasi
Pahlawan

Sri Sultan Hamengku Buwono IX

Sang Raja Berjiwa Nasionalis

Hamengku Buwono IX saat menjabat sebagai Wakil Presiden
Sumber foto: Kompas.com

Tidak banyak yang tahu bahwa salah satu Raja di Kesultanan Ngayogyakarta adalah sosok Pahlawan Nasional. Beliau juga pernah menjabat sebagai Wakil Presiden kedua setelah Moh. Hatta, bahkan beberapa kali menjabat sebagai menteri. Beliau adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX atau Gusti Raden Mas Dorodjatun. Sri Sultan HB IX dinobatkan sebagai pahlawan nasional pada tanggal 23 Juni 2003 Oleh Presiden Megawati Soekarnoputri.

Sosok Sri Sultan HB IX adalah seorang Raja di wilayah Mataram yakni Keraton Yogyakarta yang dinobatkan pada 18 Maret 1940. Jiwa Nasionalis beliau sangat tinggi, di umur 28 beliau pernah melakukan perdebatan alot dengan pihak Belanda yang beliau tidak setuju dengan kesepatan yang diberikan oleh pihak Belanda. Bahkan pada saat pelantikan sebagai raja beliau berkata: “Saya memang berpendidikan barat tapi pertama-tama saya tetap orang Jawa”.

Semasa muda, beliau mengenyam pendidikan di Belanda, namun hal tersebut tidak menjadikan beliau lupa akan negaranya justru jiwa nasionalisnya semakin tinggi. Saat menjabat sebagai raja di Keratonan Yogyakarta, beliau pernah dengan tulus memberikan wilayah kerjaannya sebagai ibukota Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1949. Sampai Ketika Soekarno-Hatta beserta jajaran kabinet kembali ke Jakarta, beliau menyampaikan pesan perpisahan dengan berat hati.

Saat pemerintah RIS berada di wilayah kasultanan Yogyakarta, segala urusan pendanaan negara yang meliputi gaji Presiden dan Wakil Presiden, staff, operasional TNI hingga biaya perjalan dan akomodasi delegasi-delegasi yang dikirim ke luar negeri diambil dari kas keraton. Ini merupakan salah satu bentuk perjuangan beliau untuk Indonesia dan tidak pernah sama sekali mengingat-ingat berapa jumlah yang sudah dikeluarkan.

Pada awal kemerdekaan Indonesia, beliau juga pernah menyumbangkan kekayaannya sekitar 6.000.000 Gulden. Gulden pada saat penjajajahan masa itu disetarakan dengan emas atau uang kepingan emas. Kondisi awal kemerdekaan, ekonomi Indonesia masih sangat buruk. Akibat perang, sektor pertanian dan industri banyak rusak berat, kekeringan dan kurangnya bahan pangan terjadi di berbagai daerah, selain itu kondisi kas negara kosong. Pada saat itu Belanda melakukan blokade ekonomi kepada Indonesia sehingga perdagangan internasinal juga terhambat. Karena kondisi seperti itulah Sri Sultan HB IX menyumbangkan kekayaannya digunakan untuk membiayai pemerintahan, kebutuhan hidup para pemimpin dan para pegawai pemerintah lainnya.

Sedikit orang yang tahu bahwa beliaulah pencetus serangan umum 1 Maret. Melalui bantuan dari seorang kurir, beliau mengirim pesan kepada Panglima Besar Sudirman. Isi pesannya adalah meminta persetujuan Panglima Sudirman melaksanakan serangan umum. Serangan umum 1 Maret berhasil menguasai Yogyakarta selama enam jam. Kemenangan dari serangan umum ini penting untuk menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia masih terus berjuang untuk mempertahankan kemerdekaannya. 

Perjuangan beliau untuk repbulik ini tidak hanya itu saja, pasca Presiden Soeharto menjabat sebagai presiden. Beliau melakukan keliling dunia untuk meyakinkan pemimpin-pemimpin negara khusunya negara tetangga bahwa Indonesia masih ada dan beliau masih menjadi bagian dari Indonesia. Hal itu dilakukan karena saat itu Soeharto di mata para pemimpin dunia tidak terkenal, disebabkan oleh sikap anti asing Soeharto. Dengan usaha beliau menyakinkan para pemimpin dunia maka perlahan-lahan kepercayaan kepada Indonesia pulih.

Bapak Pandu Pramuka

HBIX sebagai Bapak Pramuka Indonesia
Sumber foto: Nasional Tempo.co

Pada tahun 1961, Presiden Sokarno beberapa kali konsultasi dengan Sri Sultan HB IX mengenai penyatuan organisasi kepanduan. Sehingga pada Maret 1961 terbentuklah panitia pembentukan Gerakan Pramuka yang beranggotakan ri Sultan Hamengkubuwana IX, Prof. Prijono (Menteri P dan K), Dr.A. Azis Saleh (Menteri Pertanian), dan Achmadi (Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa). Panitia ini bertugas sebagai penyusun penyatuan organisasi kepanduan, pendirian Gerakan Pramuka, dan pengembangannya. Tanggal 14 Agustus tercetus Gerakan pramuka, sehingga tanggal tersebut dikenal dengan Hari Pramuka. Beliau didapuk sebagai ketua Kwartir Nasional, bahkan masa jabatan beliau 4 periode berturut-turut.

Jasa beliau untuk Gerakan Pramuka ini diapresiasi baik secara nasional maupun internasional. Tahun 1973 Beliau mendapatkan Bronze Wolf Award dari World Organization of the Scout Movement (WOSM). Bronze Wolf Award merupakan penghargaan tertinggi dan satu-satunya dari World Organization of the Scout Movement (WOSM) kepada orang-orang yang berjasa besar dalam pengembangan kepramukaan. Tahun 1988 beliau didapuk sebagai Bapak Pramuka Indonesia.

Oleh: Rachmawati

Institut Harkat Negeri
Jl. H Sa’aba No. 7A
Cipete Utara, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan, Indonesia – 12150
Hotline : 0811 911 2016
Email : sekretariat@harkatnegeri.org

Institut Harkat Negeri

Institut Harkat Negeri
All rights reserved | 2024