Message of Monday – Senin, 21 Maret 2022
Sisi Lain dari Deru Mandalika
Oleh: Sonny Wibisono *
“Orang mungkin lupa dengan apa yang Anda katakan, lupa apa yang Anda lakukan, tapi akan selalu terkenang dengan bagaimana Anda memperlakukan mereka.“
— Bonnie Jean Wasmund
Pagelaran Pertamina Grand Prix of Indonesia di Mandalika baru saja usai. Miguel Oliveira keluar sebagai pemenang gelaran balap motor paling bergengsi di dunia tersebut. MotoGP 2022 di Mandalika merupakan seri ke-2 dari total 21 seri yang diadakan di tahun 2022. Oliveira, yang juga berprofesi sebagai dokter gigi di negaranya, tetap konsisten di urutan pertama sejak putaran keempat. Pebalap asal Portugal itu memulai balapan dari start ketujuh. Namun ia mampu melesat meninggalkan para pesaingnya.
Ada satu momen menarik saat Oliveira diwawancara usai kemenangan yang diraihnya. Ia mendedikasikan kemenangannya untuk dua sosok spesial. Yang pertama, ia persembahkan kepada putrinya. Dan yang kedua, ia persembahkan kemenangannya kepada Risman, seorang staf hotel dimana Oliveira menginap.
Tak ayal, nama Risman pun menjadi perbincangan publik. Oliveira mengatakan bahwa Risman merupakan seorang pria yang sangat baik, yang terus memberikan semangat kepadanya. Bahkan Oliveira telah berjanji kepada Risman, bila ia menang, ia akan mempersembahkan kemenangan kepadanya. Dan janji itu ditepatinya.
Ya, Risman telah meninggalkan kesan yang baik bagi sang juara. Kesan inilah yang begitu membekas di mata sang pebalap tersebut. Selama kurang lebih seminggu, Oliveira menginap di hotel dimana Risman bekerja. Tentu saja peristiwa ini menjadi hal yang positif, tak hanya bagi tempat dimana Risman bekerja, tapi juga nama Indonesia di mata dunia.
Apa yang dilakukan Risman setidaknya dapat menjadi contoh bagi para pelaku pariwisata, tak hanya di Lombok saja, tapi juga di seantero negeri ini. Diharapkan pula hal ini dapat memicu SDM Indonesia untuk terus mengembangkan diri menjadi lebih baik serta menjadi SDM unggul dan berdaya saing.
Mengapa Oliveira perlu secara khusus menyebut nama Risman? Padahal seperti kita ketahui, Risman bukanlah siapa-siapa. Ia hanya seorang staf biasa yang bekerja di hotel. Ini juga menekankan kepada kita betapa pentingnya untuk tidak pernah meremehkan ketulusan orang lain. Atau bahasa kerennya: never underestimate genuinity. Dilihat dari sudut psikologi, ada banyak alasan mengapa Oliveira perlu melakukan hal itu.
Pertama, saat ia berada di Lombok, ia dibantu dengan sepenuh hati oleh Risman. Dalam wawancaranya, Oliveira secara khusus mengucapkan terima kasih kepada staf hotel tersebut yang telah banyak membantunya sepanjang pekan.
Dengan mengingat kebaikan orang lain, sejatinya dapat menjadi pengingat bagi diri sendiri. Juga menjauhkan diri kita dari sifat sombong. Dengan mengingat kebaikan orang lain, kita menjadi sadar bahwa kita bukanlah siapa-siapa. Itu yang ditunjukkan oleh Oliveira. Kita menyadari bahwa kita manusia biasa yang masih membutuhkan bantuan dari orang lain. Kita pun berpikir betapa pentingnya peran orang tersebut bagi kesuksesan kita saat ini.
Dengan mengingat kebaikan orang lain, juga membuat kita lebih mudah bersyukur. Ingat, rezeki tak identik dengan uang atau materi, tapi juga orang-orang baik yang ada disekeliling kita. Jadi sudah selayaknya kita patut bersyukur bila masih ada orang-orang yang masih mau berbuat baik kepada kita.
Dengan mengingat kebaikan orang lain, juga sebagai pengingat bila sewaktu-waktu terjadi friksi atau gesekan terhadap orang tersebut. Tentu saja kita tak menginginkan hal itu terjadi. Baiknya hubungan berjalan baik tanpa adanya friksi dan gesekan apapun. Nah, bila pun seandainya hal itu terjadi, itu akan lebih memudahkan kita berkomunikasi untuk mencairkan suasana, baik saat meminta maaf atau saat memberi maaf kepadanya.
Dengan mengingat kebaikan orang lain, kita akan selalu mempertahankan silaturahmi dengan orang yang yang berbuat baik kepada kita. Kita merasa secure bahwa orang tersebut harus dipertahankan. Silaturahmi tentu saja dapat dilakukan via telepon, whatsapp, atau media sosial mengingat saat ini pandemi masih belum benar-benar berakhir.
Dan terakhir, dengan mengingat kebaikan orang lain, hal itu dapat menginspirasi kita untuk juga berbuat baik kepada orang lain. Karena memang menurut penelitian, kebaikan itu menular. Ada saatnya kita ditolong orang lain, ada saatnya pula kita menolong orang lain. Kita tak boleh melupakan kebaikannya, walau seandainya nanti orang yang telah menolong kita sudah melupakan kita atau bahkan telah tiada.
Dan, bila seandainya nanti pun kita telah tiada, kita tentu berharap orang akan mengenang segala kebaikan yang kita lakukan. Setuju kawan?
* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012
Sumber: Sisi Lain dari Deru Mandalika | Message Of Monday | Sonny Wibisono