Oleh: Tri Nurdiyanso
Juara Kedua Lomba Menulis Esai Ringkas “Indonesia Pasca Covid-19 di Mata kamu Muda”
Terlahir di bumi Indonesia dengan mengenal sejarah yang begitu hebat, membuat hati bergetar untuk melakukan hal yang sama di situasi yang berbeda. Dulu kaum muda bergelora mengikat perbedaan dalam wadah organisasi dan mengaungkan semangat merdeka dari penjajahan. Dari lahirnya sumpah pemuda menyatukan putra-putri bangsa untuk menuangkan perbedaan pandangan dalam wadah persatuan, hingga tercetus sumpah pemuda sebagai tonggak semangat nasionalisme bangsa. Lantas apakah semangat itu sudah pudar, meskipun peristiwa penjajahan sudah berlalu? Rasanya tidak.
Semangat berjuang adalah semangat yang diwariskan dari nenek moyang kepada kita untuk terus bertarung demi bangsa Indonesia. Bertanah satu, berbangsa satu dan berbahasa Indonesia sebagai pengikat identitas bangsa untuk melangkah dengan pasti ke masa depan. Meskipun pada akhir-akhir ini pandemi Covid-19 menghantam dunia, termasuk Indonesia, sehingga sempat menggoyahkan kaki untuk melangkah ke depan. Keluhan dan ketidakpastian selalu muncul dari berita maupun media sosial. Hal ini cukup membuat tekanan batin bagi seluruh pelosok negeri. Keluhan mengenai perekonomian, kesehatan, dan pendidikan sehingga berujung saling menyalahkan.
Perubahan pembelajaran
Dari pendidikan, Media selalu memberitakan keluh kesah dari siswa, guru, bahkan orang tua menghadapi pembelajaran daringsebagai dampak dari pandemi Covid-19. Tetapi sebuah masalah selalu ada solusi. Selagi asa dan usaha masih diperjuangkan. Awal pandemi, siswa mengeluhkan mengenai tugas terlalu banyak dan seakan-akan guru meninggalkan mereka sendiri dengan setumpuk pekerjaan. Satu sisi lain, guru juga mengalami kesulitan dalam mengadaptasi teknologi ke dalam pembelajaran, terutama guru senior. Saya sendiri sebagai guru juga mengalami hal yang sama, perlu waktu untuk beradaptasi bagaimana mempersiapkan pembelajaran itu dengan baik.
Perubahan demi perubahan harus dilakukan demi menyelesaikan permasalahan pendidikan selama pandemi berlangsung. Capek dan letih adalah hal yang wajar, malahan perasaan ‘bodoh’ seolah-olah menyelimuti pemikiran pribadi karena kurang mengetahui mengenai teknologi pembelajaran. Pandemi ini memberikan kesempatan untuk belajar menggunakan berbagai aplikasi yang menunjang pembelajaran seperti Google Classroom, Zoom Meeting, Google Meeting, Kahoot, Quizziz, Schoology, dan masih banyak lagi. Kesempatan untuk belajar menggunakan semua itu, akhirnya guru semakin diperlengkapi keterampilan lebih dalam menyampaikan materi.
Proses belajar dari guru pun tidak hanya sampai disitu saja, tetapi berlanjut ke tahap berikutnya. Guru mulai belajar untuk berkolaborasi dengan guru mata pelajaran lain, sehingga menghasilkan proyek kerja yang melibatkan berbagai mata pelajaran. Contohnya proyek menghitung daya listrik di rumah dan besarnya tagihan listrik di rumah siswa. Proyek kerja ini melibatkan mata pelajaran Fisika, Matematika, dan Ekonomi, sehingga penumpukan tugas pada siswa dapat diatasi. Kolaborasi semacam ini akan menjadi bekal guru untuk dilakukan dikemudian hari, setelah pandemi berakhir. Tentu urgensi ilmu dalam sekolah bisa diterapkan secara langsung oleh siswa di dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Siswa sendiri juga memiliki banyak kesempatan untuk memanfaatkan internet dalam mencari, membaca, dan menganalisis data atau berita yang berkaitan materi pembelajaran. Proses belajar seperti ini akan membantu siswa semakin belajar mendalam dan komprehensif. Tentu ini akan meningkatkan cara berpikir kritis, sistematisdan kreatif bagi siswa sendiri, sehingga bisa mengatasi isu rendahnya literasi siswa yang pernah disampaikan oleh PISA. Indonesia sempat menempati urutan 74 dari 79 Negara pada tahun 2018. Meskipun survei yang dilakukan hanya untuk beberapa siswa saja, setidaknya ini menjadi alarm pendidikan Indonesia untuk mawas diri.
Pasca pandemi untuk Indonesia 2045
Dari pembelajaran daring juga mengurangi batasan-batasan untuk belajar dan membagi ilmu. Saya pribadi menggunakan kesempatan untuk mengikuti webinar untuk menambah keilmuan dan pengetahuan. Selain itu, saya membagikan ilmu kepada orang-orang yang membutuhkan lewat media zoom meeting, karena panggilan pribadi dimana tidak semua guru bisa cepat mengadaptasi teknologi. Untuk tidak menghilangkan kesempatan belajar siswa di beberapa daerah, sebenarnya guru-guru muda bisa membagikan ilmu mereka secara gratis lewat media daring.
Pandemi Covid memang seperti bencana bagi dunia, tetapi juga menjadi persiapan bagi Indonesia untuk menjawab tantangan dunia. Terlebih lagi, Indonesia memiliki target Indonesia emas di tahun 2045. Kesempatan yang diberikan selama pandemi, memberikan dampak pada peningkatan kualitas pendidikan Indonesia. Meskipun semua instansi menghadapi persoalan pelik mengenai pembelajaran daring, tetapi ini menjadi loncatan bagi semua pihak di dunia pendidikan untuk melesat jauh ke depan dan meninggalkan keteringgalan. Kualitas sumber daya manusia akan menunjang perekonomian Indonesia di tahun 2045, tentunya akan mengurangi angka kemiskinan di Indonesia.
Selama pandemi, jiwa semangat pemuda diuji dan jiwa pantang menyerah dicoba. Guru yang berjuang belajar menggunakan teknologi dan berkolaborasi untuk memberikan materi yang lebih matang dan kreatif. Siswa yang memiliki keluasaan dalam mencari informasi dan menganalisis sendiri. Kedua sinergi ini akan memberikan dampak yang luar biasa bagi Indonesia ke depan, sehingga ini sangat memungkinkan bagi Indonesia untuk memenangkan Emas di tahun 2045. Kualitas pendidikan yang matang, dari hasil tempaan pandemi akan berujung negeri untuk berdikari.