Berdayakan Masyarakat dengan Agradaya
Foto: Kegiatan Komunitas Anak Bumi yang diinisiasi oleh Agradaya
Agradaya, community enterprise yang mengakomodir lini bisnis dan learning center berlokasi di Sleman. Organisasi ini didirikan oleh Andhika Mahardika dan Nurrachma Asri Saraswati. Pasangan suami istri ini memang terinspirasi dengan kehidupan di desa setelah menyelesaikan penugasan sebagai pengajar di daerah terpencil. Dika dan Asri ingin terus bermanfaat pada sekitar, akhirnya mereka mencoba untuk bergerak mengunjungi tokoh-tokoh yang sudah memberdayakan masyarakat. Akhirnya, kedua pemuda ini memutuskan untuk bergerak dibidang pertanian dengan pemberdayaan tanpa menghilangkan kearifan lokal.
Impact Positif dari Community Enterprise
Dimulai dari tahun 2014, kini Agradaya sudah berkolaborasi dengan 150 petani rempah-rempah di Sleman. Komunitas ini memberikan dampak signifikan dari keberadaan Agradaya,”Dahulu rempah mereka di jual dengan range harga Rp 500,00-Rp 1000,00 ke tengkulak, sekarang kami beli dengan harga range Rp 2000,00 hingga Rp 3000,00/kg” sambung Dhika. Kini agradaya memiliki program yang cukup variatif baik dibidang bisnis maupun pusat belajar yaitu Jejaring Rempah Menoreh (program integrasi dan kolaborasi jaringan kelompok tani dalam mengembangkan tanaman rempah jenis empon-empon di wilayah perbukitan Menoreh Kulonprogo, Yogyakarta.) Komunitas Anak Bumi (Kabumi) (Kegiatan untuk anak-anak seperti belajar tentang menyemai bayam, panen tanaman kangkung, hingga masak dan makan-makan bersama. Menyusuri sawah, menangkap ikan, lalu pulangnya mengaji bersama di mushola.) dan pembuatan Desa Kombucha.
Selain membeli kunyit dari petani, Agradaya memberikan pelatihan petani beberapa stage; stage 1 pelatihan pertanian alami (natural Farming) yang melatih dari mengundang expertise pertanian dan ada juga trainer yang kita datangkan untuk pelatihan. Prinsipnya melakukan pendekatan pertanian dengan memanfaatkan alam (baik nutrisi, pupuk maupun unsur makro dan mikro), Stage Kedua ada pelatihan manajemen lahan dan analisa usaha tani, agar petani dapat menghitung Harga Pokok Produksi (HPP) perhitungan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan dari pertanian tersebut. Stage 3; Pembuatan Rumah Surya (Pengering untuk Pasca Panen) ini untuk meningkatkan daya jual produk. Karena saat sudah dikeringkan, produk akan bertahan relatif lebih lama. Tentu harganya akan stabil dan bisa dijual saat bukan lagi musimnya.
Wadah Edukasi dan Regenerasi Petani
Tidak hanya pelibatan petani, anak-anak petani juga diberdayakan melalui program Komunitas Anak Bumi merupakan bentuk regenerasi pertanian. Oleh karena itu, Agradaya sering mengajak anak-anak untuk belajar bersama menghargai alam sekitar misalnya dengan mengajarkan penggunaakan pewarna alami dari alam, belajar reaksi bunga telang dan bermain gobak sodor. Sehingga akan tercapai goals Dhika dan Asri yang menginginkan anak-anak ini mengetahui potensi lokal. Sedangkan untuk Desa Kombucha ini dilakukan dengan memberdayakan ibu-ibu untuk membuat fermentasi minuman sehat dari Bunga Telang dan Rosella. Selain itu, Agradaya juga bekerjasama dengan petani rempah-rempah di Kulon Progo yang hasilnya di ekspor di Belgia.
Saat ini, Agradaya juga menerima kunjungan. Dhika menyampaikan bahwa saat ini sering kali ada kunjungan ke rumah surya. Kebanyakan dari pengunjung ingin mengetahui bagaimana cara kerja Rumah Surya yang digunakan untuk pengeringan, bagaimana cara pembuatan Rumah Surya, dan bagaimana cara memakainya. Selain kunjungan, Agradaya juga pernah memiliki pemagang yang berasal dari luar negeri serta para peneliti dan pakar yang juga ikut mapir ke Joglo Agradaya yang berlokasi di Desa Sendangrejo, Kecamatan Minggir, Sleman Yogyakarta.
Foto Pasangan Andhika Mahardika dan Asri Saraswati
Dukungan dan Tantangan Agradaya
Tim inti agradaya ada tujuh orang untuk berkolaborasi dengan para petani maupun pihak-pihak yang sering datang ke Agradaya. Untuk pendanaan, Asri menceritakan diawal memulai Agradaya memang diawali dana pribadi, namun seiring dengan berjalannya waktu, banyak pihak yang mengapresiasi bahwa inisiatif ini sangat bagus dan bisa berjalan.
Ada dua entitas di dalam Agradaya; bisnis dan yayasan atau komunitas yang pendanaannya sempat di dukung oleh individu ataupun grant dari NGO. Dukungan untuk Agradaya berasal dari berbagai lapisan termasuk pemerintah dan para pihak yang sangat konsen di bidang pertanian. Asri menceritakan bahwa Agradaya didukung oleh tim profesional dari UGM dan institusi yang bergerak dibidang pertanian. Dia juga menambahkan bahwa pemerintah daerah juga sangat kooperatif. Misal dalam urusan perizinan, pemerintah daerah memberikan kemudahan untuk proses pengurusannya. Tidak hanya dengan pemerintah, Agradaya juga banyak berkolaborasi dengan komunitas-komunitas, seperti pasar alternatif, dan komunitas pertanian lainnya.
antangan Agradaya masih berkutat pada operasional karena harus punya bagaimana caranya teman-teman kerja di agradaya bisa menjadi profesional. “Kita perlu meng-hire tim yang prefesional tapi mau bergerak dibidang pertanian.” tambah Asri.
Agradaya Masa Depan
Saat ini produk Agradaya dipasarkan melalui offline dan online melalui website www.agradaya.id. Mimpi besar Agradaya, yang lagi diusahakan adalah pengolahan sendiri, karena bahan mentah Indonesia selalu di jual secara mentah ke luar negeri. Asri menceritakan kondisi Indonesia belum seperti India dan Thailand yang mampu menjual produk olahan bukan produk mentah. Maka mimpi ke depan agradaya mampu memiliki tempat untuk memproduksi lebih banyak hasil pertanian (pabrik) yang dimiliki oleh petani sendiri, bukan swasta atau bahkan asing. Sehingga petani memiliki hak kepemilikan atas pabrik dan kedepannya bisa dikirim langsung ke end user baik luar maupun di dalam negeri. Pasar dalam negeri yang cukup baik tak lantas membuat Dhika dan Asri berhenti, mereka kini sedang memulai pemasaran hingga ke luar negeri.