Jakarta: Kota Pemikat Hati

Jakarta-Indonesia | Tom Fisk

Jauh sebelum kita menikmati kemudahan Jakarta yang sekarang, tempat ini sudah menjadi rebutan para pedagang mengambil keuntungan dari Kalapa, nama pelabuhan Kerajaan Sunda ketika itu. Kalapa sering disebut dalam jurnal pribadi para pengembara asal Eropa dari abad 16. Saat dikooptasi oleh para pedagang Portugis pada tahun 1527, Pangeran Fatahillah mengambil alih pendudukan tepat pada tanggal 22 Juni, yang berabad setelahnya dijadikan hari jadi Jakarta.

Fase demi fase pendudukan Kalapa terjadi hingga namanya berganti dari masa ke masa. Pasca pengusiran Portugis membuat Kalapa berganti nama menjadi Jayakarta. Kemahsyuran Jayakarta menarik perhatian serombongan VOC yang kemudian merebutnya dan mengubah namanya menjadi Batavieren, nama yang diambil dari nenek moyang bangsa Belanda. Meski pengusiran pendudukan Belanda sudah diperjuangkan berulang kali hingga misi pembunuhan berencana petinggi Belanda, Jan Pieterzoon Coen, oleh Nyai Utari Sandijayaningsih, seorang telik sandi asal Desa Keramat, Tapos, Depok, dinyatakan berhasil, namun pengusiran tersebut tidak berhasil memukul mundur Belanda sepenuhnya, hingga tiga ratus tahun kemudian.

Gambar 1 Jakarta jaman pendudukan VOC. (gambar diambil dari situs resmi Pemprov DKI Jakarta)

Saat negara lain di Eropa saling berebut nama lewat ideologi, sains, koersi wilayah, dan industri, Belanda yang bersaing dengan cara yang berbeda. Mereka memilih penguasaan terhadap jalur perniagaan sebagai pemenuhan kebutuhan orang-orang di Eropa yang terlalu sibuk berperang. Merasa di atas angin sebab nemu ‘harta karun’ di nusantara, Pemerintah Belanda menjadikan nusantara  sebagai bagian dari koloninya; macam tanah air ini tak bertuan.Strategis secara geografis, Batavia dijadikan pintu utama pengiriman komoditas hasil bumi: gula. Sedemikian mahalnya ketika itu produk tersebut hingga Belanda menjadi negara kaya di Eropa karena komoditas ini.

Dalam kekuasaannya, Coen mengatur kota. Bangunan-bangunan dibuat dalam bentuk blok. Tembok luar dibuat tebal laksana benteng yang ketika memasuki gerbangnya maka kita perlu melewati jembatan di atas parit-parit besar yang ditebing baik; kini kita mengenalnya dengan istilah normalisasi; sekarang kita bisa temui peninggalannya di area konservasi Kota Tua. Batavia digunakan sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian. Berabad setelahnya Batavia berkembang, Pemerintah Belanda memberikan imbuhan di depan kata Batavia untuk memperjelas status perkotaannya, seperti stad yang berarti kota dan gemeente yang diterjemahkan sebagai kotamadya.

Awal abad 20 situasi politik di Eropa berubah, membuat Belanda melemah. Pemberontakan oleh pribumi dirasakan mendesak Pemerintah Belanda. Ketika Belanda diserang Jerman hingga ratunya perlu mengungsi ke London, Inggris, dengan dalih ingin memenuhi pasokan pangannya, Jepang mengambil momentum ini untuk melakukan perjanjian dagang yang lebih tepat disebut sebagai opresi dagang. Jepang kala itu menjadi negara adikuasa baru di Asia berhasil membuat Pemerintah Belanda di Batavia pergi.

Menduduki Batavia, Jepang menggunakan fasilitas peninggalan Pemerintah Belanda untuk menjadi penguasa baru. Tak lama kemudian, Batavia berganti nama menjadi Jakaruta Tokubetsu Shi, yang berarti “jauhkan perbedaan”. Senafas dengan moto mereka ketika mempersuasi pribumi dengan bilang “saudara jauh dari Timur”, bukan? Kota yang telah rapi tertata dengan sistem administrasi dan tata kelola, pesisir telah memiliki sistem pasar, pengiriman logistik yang terkelola baik, memudahkan Jepang dalam menancapkan cakar mereka di Jakaruta.

Pemboman Hiroshima Nagasaki membuat Jepang menyerahkan pemerintahan kepada Soekarno dan Hatta; Indonesia pun memproklamirkan kemerdekannya. Sebagai tanda perubahan kekuasaan, Jakaruto Tokubetsu Shi kemudian berubah menjadi Jakarta.

Gambar 2 Situasi Jakarta saat proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan. (Gambar diambil dari situs resmi Pemprov DKI Jakarta)

Sedari dulu tempat ini-Jakarta adalah tempat hidup yang menghidupkan dan juga mematikan. Banyak nyawa hilang agar kita bisa menikmati Jakarta yang sekarang. Ke Jakarta aku ‘kan kembali, kata Koes Ploes dalam lagunya, tepat rasanya, sebab Jakarta adalah magnet yang menggerakkan jantung setiap insan yang hidup di sana. Jakarta berevolusi. Lebih sedikit dari setengah abad, kerasnya Jakarta membuat rasa tentang Jakarta berbeda dan itu dituangkan oleh Nikki pada lagunya High School in Jakarta, di mana kerasnya hidup membuat frustrasi orang-orang di dalamnya dan memiliki masalah mental.

Kini Jakarta akan berevolusi sekali lagi. Ulang tahunnya yang ke-497 menjadi ulang tahun terakhir Jakarta sebagai ibu kota. Ia telah selamat di setiap tikungan dinamika perubahannya dalam tujuh belas abad.

Selamat ulang tahun Jakarta dan selamat atas lulusnya Jakarta sebagai ibu kota.

Semoga Jakarta menjadi kota yang hidup dan menghidupkan… selalu.

Penulis : Sophia Louretta | IHN

Sumber:

https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Khusus_Ibukota_Jakarta

https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Jakarta

https://www.jakarta.go.id/sejarah-jakarta

https://news.detik.com/berita/d-6782533/sejarah-nama-jakarta-dari-masa-ke-masa-sejak-1527-hingga-kini

https://lib.litbang.kemendagri.go.id/index.php?p=show_detail&id=1367&keywords=

https://intisari.grid.id/read/033762645/kisah-nyimas-utari-sandijayaningsih-telik-sandi-mataram-yang-berhasil-membunuh-petinggi-voc?page=all

https://intisari.grid.id/read/033762645/kisah-nyimas-utari-sandijayaningsih-telik-sandi-mataram-yang-berhasil-membunuh-petinggi-voc?page=all

https://en.wikipedia.org/wiki/Stad#:~:text=Stad%20is%20the%20word%20for,and%20related%20to%20German%20Stadt.

https://dictionary.cambridge.org/dictionary/dutch-english/gemeente#:~:text=noun,or%20belonging%20to%20a%20church

https://id.wikipedia.org/wiki/Kembali_ke_Jakarta

https://lyrics.lyricfind.com/

Institut Harkat Negeri
Jl. H Sa’aba No. 7A
Cipete Utara, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan, Indonesia – 12150
Hotline : 0811 911 2016
Email : sekretariat@harkatnegeri.org

Institut Harkat Negeri

Institut Harkat Negeri
All rights reserved | 2024