Beberapa lembaga dan peneliti seperti Global Power City Index (GPCI) oleh Mori Memorial Foundation dan Global Cities Index oleh A.T. Kearney memiliki kriteria dan indikator spesifik untuk mengukur tingkat keglobalan sebuah kota. Ada enam karakteristik utama kota global dengan mengevaluasi tujuh puluh indikator untuk melihat keglobalan sebuah kota menurut GPCI di antaranya, sektor ekonomi, riset dan pengembangan, interaksi multikultural, kemudahan kehidupan, alam dan lingkungan, dan aksesibilitas warganya.
Dari segi ekonomi, kota memiliki kebebasan ekonomi di mana para pelakukan memiliki kebebasan untuk melakukan kegiatan ekonomi, dapat masuk dan bersaing sehat di pasaran, dan dilindungi dari praktik-praktik kegiatan ekonomi yang agresif. Artinya, kebijakan ekonomi yang dibuat di kota tersebut akan menjadi barometer tata kelola perekonomian bagi kota-kota dan daerah lain sehingga perkembangan daerah lain akan mengacu pada kesuksesan gerak perekonomian terintegrasi.
Kota global tidak pernah tinggal diam. Riset dan pengembangan terus menerus dilakukan sehingga tujuan bersama dapat menjadi misi bersama yang dilaksanakan oleh seluruh elemen kota baik itu warga, sektor swasta dan sosial yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kota, dan pemerintah daerah yang memayungi dan mendukung tata kelola kota lewat regulasi dan fasilitas umum bagi warganya.
Dari sisi sosial dan budaya, kota global memiliki interaksi multikultural dan menjadi rumah bagi berbagai kelompok etnis, budaya, dan agama. Biasanya kota global memiliki pusat kebudayaan yang tidak hanya menjadi potret etnis dan budaya asli kota tersebut namun juga menjadi wadah bagi kebudayaan lain di negara tersebut dan bahkan mancanegara. Kota global menarik turis dan bahkan investor agar interaksi multikultural dapat terjadi dalam tenang. Ini seperti memimpikan kedamaian interkultural dialami kembali setelah menunggu kurang lebih 1.600 tahun di negeri ini.
Kota global menuntut kemudahan berkehidupan lebih. Biaya hidup di kota global disanggupi oleh seluruh warganya. Karenanya akses pada kesempatan bekerja dan mencari nafkah memegang peranan penting dalam hal ini. Tujuannya agar seluruh warga bisa hidup. Kebebasan dalam berekspresi serta menjaring kebutuhan warga akan meningkatkan keinginan warga dan pendatang untuk berada dan menjadi bagian dari kota yang menyenangkan. Sehingga kotanya terbilang berkembang sebab pemerintah kota memberi kesempatan dan mendukung warganya untuk mengembangkan diri. Warga perlu merasa aman dan dapat keluar rumah tanpa mengenal jam malam, sebab sistem keamanan di kota tersebut mampu melindungi warga dari ancaman. Kendali pada bagian ini akan mempengaruhi tingkat mobilitas, kemampuan warga untuk mengaktualisasi diri, serta kebahagiaan ketika menetap di kota tersebut.
Aspek alam dan lingkungan juga menjadi yang terpenting untuk ditata dan dikelola. Kebutuhan dasar yang seyogyanya bisa didapat dari alam dikelola oleh pemerintahnya sehingga warga tidak hanya bisa mendapati sisi estetika kota lewat kota yang bersih dan alam yang indah, tapi kebutuhan akan tanah yang baik, air yang dapat diminum, serta udara yang dapat dihirup menjadi satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
Last but not least adalah aksesibilitas warga. Pandemi menghentikan kegiatan luar ruang untuk beberapa tahun lamanya. Pemberhentian sesaat ini mengajarkan pemerintah kota keterampilan baru tata kelola sehingga warganya bisa mendapatkan kemudahan dalam melakukan kegiatan mereka sehari-hari. Perubahan regulasi diselenggarakan dengan memperhitungkan setiap aspek di setiap lini dengan cermat.
Mengacu pada laporan Global Power City Index 2022 New York (362,5), London (324,5), Zurich (300), Beijing (298,6), dan Tokyo (292) adalah kota global dengan skor tertinggi. Singapura mewakili Asia Tenggara di urutan keenam dengan skor 286,3. Jakarta diberi skor 64,9 pada laporan global ini. Masih banyak yang perlu dikejar ternyata…
Penulis : Zikki Zaelani Editor : Sophia Louretta | IHN
Sumber:
https://mori-m-foundation.or.jp/english/ius2/gpci2/2022.shtml
https://mori-m-foundation.or.jp/pdf/GPCI2022_summary.pdf