PURWOKERTO – Ketua Institut Harkat Negeri (IHN), Sudirman Said berbagi inspirasi tentang kepemimpinan dan kebutuhan pemimpin di Indonesia mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) pada Selasa (28/8/2018) di Auditorium UMP Purwokerto, Kabupaten Banyumas.
Dihadapan 3000 mahasiswa, Ia menuturkan jika negara dikelola oleh pemimpin yang tidak jujur dan tidak kompeten, bonus demografi bisa berubah menjadi bencana demografi. Penduduk yang banyak, akan menjadi berkah atau bonus bila mereka terdiri dari manusia manusia sehat, cerdas, dan sejahtera. Besarnya jumlah penduduk yang masuk kategori miskin dan rentan miskin adalah tanda peringatan (alarm) yang mengancam periode bonus demografi.
Aktivis anti korupsi ini juga menekankan bahwa Indonesia perlu pemimpin yang mampu mengelola negara berbasis konsep, mampu melakukan terobosan, dan memiliki kapasitas manajerial tinggi untuk mengelola kemajemukan dan kompleksitas. Negara tidak bisa diurus dengan amatiran, bermodalkan polularitas tapi kosong gagasan, tanpa visi.
Di forum ini, Ia juga menceritakan tugas-tugas yang pernah diemban mulai dari auditor BPKP hingga Menteri ESDM periode 2014-2016. Menurutnya, seorang calon pemimpin harus memiliki empat hal; kejujuran, kompetensi teknis (sosial, manajerial, spiritual), jejaring, dan terus belajar.
Selain itu, Pak Dirman, panggilan akrab Sudirman Said, juga menjelaskan perlunya peran pemuda untuk melakukan perubahan di Indonesia. Di akhir forum, Ia berpesan,Sejak awal pergerakan Indonesia, peran mahasiswa dan pemuda selalu menjadi penentu kecenderungan. Karena orang muda memang energinya besar, punya keberanian, dan punya kemanpuan mendobrak kemapanan. Yang diperlukan adalah wawasan tiga penjuru: wawasan sejarah, wawasan global dan horisontal, dan wawasan masa depan. Jika mereka paham sejaran, paham dunia sedang bergerak ke arah mana, maka dia akan punya bekal menata masa depannya. Agar negara memperoleh pemimpin terbaik, bagi masa depan bangsa maka mahasiswa dan pemuda harus berperan sebagai pendorong utama. Untuk itu setiap mahasiswa harus membangun nilai-nilai intrinsik: kejujuran, kompetensi, wawasan, dan kepedulian sosial. Sensitifitas pada persoalan persoalan bangsa diasah melalui aktivisme di kampus.